Karena suatu saat "Damai" bukan hanya slogan Dunia.

Minggu, 31 Juli 2016

Akhirat : Kehidupan Setelah Mati



Akhirat : Hidup Setelah Mati

Pertanyaan:
Bagaimana anda membuktikan eksistensi akhirat, yaitu kehidupan setelah mati?

Salam damai ummat beriman,
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh~

Jawaban:

1.  Keyakinan terhadap hari akhir tidak dilandasi oleh kepercayaan buta.

Banyak orang bertanya-tanya, “bagaimana orang dengan pendekatan ilmiah dan logika bisa memegan kepercayaan akan adanya hidup setelah mati?.” Orang-orang beranggapan bahwa mereka yang percaya terhadap hari akhir adalah orang dengan kepercayaan yang buta. Kepercayaan tentang kehidupan di akhirat dilandaskan pada pendapat yang logis.

2.  Hari akhir adalah kepercayaan yang masuk akal.

Ada ratusan Ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan fakta-fakta ilmiah (dalam buku Dr. Zakir Naik : “Qur’an and Modern Science-Compatible or Incompatible?”). Banyak fakta-fakta yang disebutkan di dalam Al-Qur’an yang telah menunjukkan bukti-bukti dalam beberapa abad, akhir-akhir ini. Namun, ilmu pengetahuan belum sampai ke level yang paling maju untuk mengkonfirmasi setiap pernyataan yang dikatakn dalam Al-Qur’an.  Katakanlah, 80% dari semua yang disebutkan dalam Al-Qur’an terbukti 100% kebenarannya. Sisa yang 20% belum dikategorikan secara ilmiah sebab belum ada teknologi canggih yang bisa membuktikan benar/tidaknya pernyataan dalam 20% kandungan Al-Qur’an tersebut. Dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kita miliki, kita tidak bisa mengatakan bahwa satu persen atau satu ayat dalam Al-Qur’an yang berprosentasi 20% ini keliru. Ketika 80% isi Al-Qur’an sudah dibuktikan 100% benar, dan 20% isi Al-Qur’an tersebut belum bisa dibuktikan, logika bisa mengatakan bahwa pasti yang 20% pun adalah benar. Wujud dari akhirat yang disebutkan dalam Al-Qur’an termasuk ke dalam porsi yang ke 20% yang logika saya mengatakan bahwa itu benar.

3.  Konsep perdamaian dan nilai-nilai Kemanusiaan tidak berguna tanpa konsep hari akhir.

Apakah perampokan itu merupakan tindakan yang baik atau jahat? Orang normal akan mengatakan bahwa itu adalah perbuatan yang jahat. Bagaimana seorang yang tidak percaya pada hari akhir, yakin bahwa tindakan kriminal berupa merapok adalah kejahatan? Contohnya, saya menjadi seorang kriminal yang sangat kuat dan berpengaruh di dunia, dan saya adalah orang yang pintar dan logis. Saya mengatakan bahwa perampokan itu baik, karena membantu kita mendapatkan hidup yang mewah sehingga merampok itu baik bagi saya. Jika ada seseorang yang bisa memberikan satu argumen yang logis mengapa merampok itu suatu kejahatan atau hal yang buruk bagi saya, maka saya akan berhenti melakukannya. Orang biasanya menyampaikan argumen-argumen berikut:

a)    Seseorang yang dirampok akan menghadapi kesulitan ataupun masalah.

Sebagian orang akan mengatakan bahwa orang yang dirampok akan menghadapi kesulitan. Saya sangat setuju bahwa perampokan memang tidak menguntungkan bagi si korban. Tapi merampok itu baik untuk saya. Jika saya merampok ribuan dolar, maka saya bisa menyantap makanan yang enak di restoran berbintang lima.

b)    Seseorang yang merampok mungkin akan dirampok juga (mendapatkan karma).

Beberapa orang berpikir, bahwa “suatu hari saya akan dirampok.” Tapi tidak akan ada seorang pun yang merampok saya, karena saya adalah seorang kriminal yang kuat dan berkuasa, dan saya memiliki banyak bodyguard. Saya bisa saja merampok siapapun, tapi tak ada seorangpun yang bisa merampok saya. Merampok mungkin bisa menjadi pekerjaan yang beresiko untuk orang biasa, tapi tidak untuk orang yang berpengaruh seperti saya.

c)    Polisi bisa menangkap

Beberapa orang berpendapat : Jika kamu merampok, maka kamu akan ditangkap polisi. Polisi tidak akan mampu menangkap saya, karena saya bisa saja membayar polisi. Saya setuju jika ada yang mengatakan bahwa, “Kalau banyak orang yang merampok, maka dia akan tertangkap dan itu buruk bagi mereka.” Tapi saya adalah orang yang berbeda dari orang kebanyakan. Saya adalah seorang kriminal yang berkuasa dan berpengaruh!

d)    Merampok adalah metode untuk memperoleh uang dengan mudah.

Beberapa orang mengatakan, bahwa “Merampok itu mendapatkan uang dengan mudah,” dan saya sepakat. Itulah salah satu alasan utama mengapa saya merampok. Jika ada orang yang memiliki pilihan lain untuk memperoleh uang semudah itu, orang-orang yang logis pasti akan memilih cara yang paling mudah.

e)    Merampok itu tidak manusiawi.

Beberapa orang mengatakan, bahwa merampok itu tidak manusiawi dan seharusnya orang-orang peduli terhadap orang lain. Saya akan menentang pendapat ini dengan bertanya, untuk siapa hukum kemanusiaan ini dan mengapa saya harus mengikutinya? Hukum semacam ini, mungkin baik untuk orang-orang yang sentimental dan emosional. Tapi saya adalah orang yang logis dan saya menilai tidak adanya untungnya peduli terhadap orang lain.

f)     Merampok adalah tindakan yang egois.

Beberapa orang pun mengatakan, bahwa merampok adalah hal yang egois. Benar! Merampok adalah tindakan yang egois, tapi mengapa saya tidak boleh egois? Justri hal itu membuat saya bisa menikmati hidup.


Tapi, mari kita simak dan pahami :

Tidak ada alasan yang logis yang mengatakan bahwa merampok adalah tindakan yang tidak baik

Semua argumen yang berusaha membuktikan, bahwa merampok adalah tindakan yang tidak baik telah gagal. Semua argumen tersebut mungkin memuaskan bagi banyak orang tapi tidak bagi seorang kriminal yang berkuasa dan berpengaruh seperti saya. Tak satupun dari semua argumen tersebut yang bisa mempertahankan kekuatan alasan dan logika. Maka tak heran, jika ada begitu banyak kriminal di Dunia ini. Seperti kasus pemerkosaan, penipuan dan sebagainya yang bisa dibenarkan sebagai hal yang baik bagi orang seperti saya dan tidak ada satupun argumen yang logis yang bisa meyakinkan saya bahwa hal-hal tersebut adalah hal yang tidak baik.

Seorang Muslim bisa meyakinkan seorang kriminal yang berkuasa dan berpengaruh

Sekarang mari kita bertukar peran. Misalkan, Anda adalah seorang kriminal yang sangat berkuasa dan berpengaruh di Dunia yang sanggup membayar polisi dan penegak hukum. Anda memiliki kekuatan militer untuk melindungi diri sendiri. Dan saya adalah seorang Muslim, yang akan meyakinkan Anda bahwa merampok, memperkosa, menipu dan lain sebagainya, adalah tindakan yang jahat dan tidak baik. Meskipun saya menggunakan alasan-alasan di atas untuk membuktikan bahwa merampok itu adalah hal yang jahat dan buruk, si kriminal tersebut akan merespon dengan respon yang sama sebagaimana tertulis sebelumnya. Saya sepakat bahwa si kriminal itu berpikir logis dan semua argumennya benar sebab dia merupakan kriminal yang berkuasa dan berpengaruh.

Setiap manusia menginginkan keadilan

Setiap dan masing-masing manusia memiliki harapan akan keadilan. Meskipun ia tidak menginginkan keadilan untuk orang lain, dia pasti menginginkan keadilan untuk dirinya sendiri. Beberapa orang dimabukkan oleh kekuasaan dan pengaruh yang membebankan penderitaan kepada orang lain. Orang yang sama pasti akan keberatan jika ketidakadilan dilakukan terhadap mereka. Alasan mengapa orang menjadi tidak peka adalah karena mereka memuja kekuasaan dan pengaruh. Kekuasaan dan pengaruh tidak hanya membuat mereka melakukan ketidakadilan pada orang lain, tapi juga menjaga agar orang lain tidak bisa melakukan ketidakadilan terhadap dirinya.

Tuhan adalah yang paling Berkuasa dan Adil

Sebagai umat Muslim, saya akan meyakinkan si kriminal mengenai keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa (merujuk ke jawaban yang membuktikan keberadaan Tuhan). Tuhan lebih berkuasa dan mulia dibandingkan dirimu dan juga Tuhan Maha Adil. Al-Qur’an yang mulia menyampaikan: “Sungguh Allah tidak akan mendzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah[1], dan jika ada kebajikan (sekecil zarrah), niscaya Allah akan melipat-gandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.” (QS. An-Nisaa [4] : 40).

[1] Zarrah adalah sesuatu yang terkecil dan teringan

Mengapa Tuhan tidak menghukumku?

Kriminal. Sebagai orang yang bernalar logis dan berilmu, mempercayai keberadaan Tuhan setelah dihadirkan bukti-bukti ilmiah dari Al Qur’an. Dia mungkin bertanya, “Mengapa Tuhan yang Maha Kuasa dan Adil tidak menghukumnya? Orang yang melakukan ketidakadilan harus dihukum. Setiap orang yang teraniaya atas ketidakadilan baik akibat status sosial ataupun keuangan, pada umumnya tentu menginginkan pelaku kejahatan tersebut agar dijatuhkan sanksi/hukuman. Semua orang yang normal, menginginkan para penjahat tersebut memperoleh balasan/hukuman yang setimpal. Walaupun sebagian besar kejahatan dijatuhi hukuman, banyak pula mereka yang terbebas dari jerat hukum. Mereka justru merasakan senang, hidup mewah dan bahkan menikmati kebebasan. Bila ketidakadilan dilakukan kepada orang yang berkuasa dan memiliki pengaruh oleh orang yang berkuasa atasnya, demikian tentu juga menuntut hak/keadilan agar pelaku segera dihukum sesuai dengan perbuatannya.

Catat! Kehidupan ini adalah ujian untuk mencapai Akhirat. Tentang hal ini, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa: “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk [67] :2).

Di dalam ayat ini dijelaskan, bahwa selama di Dunia, manusia akan diuji dan dinilai amal kebaikannya kemudian akan diperhitungkan pada hari perhitungan kelak.

Pengadilan terakhir pada Hari Kiamat

Dalam ayat suci Al-Qur’an, Surat Ali Imran : 185 menyebutkan tentang hal ini, bahwa:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali-Imran [3] : 185)

Pengadilan terakhir akan diperhitungkan pada hari Kiamat nanti. Setelah seseorang meninggal, dia akan dibangkitkan kembali pada hari tersebut, bersama seluruh umat manusia. Mungkin saja seseorang menerima sebagian ganjaran ketika ia masih hidup di Dunia. Namun, pahala dan hukuman akan dia terima hanya di Akhirat nanti. Allah SWT mungkin tidak langsung menghukum para pelaku kejahatan di dunia ini, tapi kelak Allah pasti akan memperhitungkannya pada Hari Perhitungan (Yaumul Hisab) di hari kiamat dan akan dihukum di akhirat kelak.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang kafir itu apabila ia melakukan kebaikan maka ia dibalas dengan diberi makanan di Dunia. Adapun orang Mukmin maka Allah SWT menyimpan kebaikan-kebaikannya untuk di akhiratnya dan juga diberi rezeki di dunia atas ketaatannya.”

Dalam satu riwayat disebutkan, “Sesungguhnya Allah tidak mendzalimi kebaikan seorang mukmin, dengan kebaikan itu ia diberi rezeki di Dunia dan diberi balasan di Akhirat. Adapun orang kafir, maka dengan kebaikan-kebaikan amal yang ia kerjakan karena Allah ia diberi rezeki di dunia, sehingga ketika ia memasuki akhirat ia tidak lagi memiliki satu kebaikan yang harus dibalasnya karenanya.” (HR. Muslim).

Jadi wajar kalau banyak orang kafir yang kaya, karena Allah membalas kebaikan mereka di dunia saja, namun akan kekal di neraka nanti.

Menyimak hal lain : “Bentuk Hukuman seperti apa yang dapat diberikan kepada Hitler?” Ya! Hitler telah membakar 6 juta kaum Yahudi selama masa kekuasaannya. Meskipun pihak berwajib telah menangkapnya, Sanksi/Hukuman apa yang dapat diberikan kepada Hitler bila dilihat dari perspektif hukum alam untuk menegakkan keadilan? Yang paling dapat dilakukan adalah memasukkan Hitler ke ruang gas beracun (gas chamber), namun hal ini hanya pantas untuk membalas pembunuhan satu orang yahudi. Bagaimana dengan pembalasan atas pembantaian 5.999.999 orang yahudi lainnya? Maka, Allah dapat membakar Hitler sebanyak lebih dari enam juta kali di Neraka. Seperti Firman Allah SWT dalam Kitab Suci Al Qur’an yang berbunyi :
“Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa [4] : 56)

Jadi, jika Allah mengkehendaki maka Allah dapat membakar Hitler sebanyak 6 (enam) juta kali pada hari kiamat di dalam Neraka kelak. Untuk itu, kejahatan yang dilakukan siapapun akan terbalaskan kelak pada hari Kiamat. Konsep dalam nilai-nilai kemanusiaan tidak terlepas dari Kehidupan Akhirat. Sudah jelas bahwa tanpa meyakinkan seseorang tentang akhirat, yakni kehidupan setelah mati, konsep dalam nilai-nilai kemanusiaan dan tindakan kebaikan atau kejahatan yang dilakukan akan mustahil untuk dibuktikan bagi orang yang telah melakukan kejahatan apalagi bila dia memiliki pengaruh dan kekuasaan.

Sekian dan salam damai,
Assalamu’alaykum Warahmatullaahi Wabarakaatuh~
Share:

Aliran Muslim Mana-kah Saya?



Mengapa Orang Muslim Terbagi Menjadi Berbagai Aliran / Ajaran Dengan Pemikiran Yang Berbeda?

Pertanyaan:

“Seluruh umat muslim mengikuti satu kitab suci Al-Qur’an (yang sama), namun mengapa ada beberapa aliran dan ajaran pemikiran yang berbeda di antara mereka?”

Salam damai,
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh~

Jawaban :

Mari mengulas :

Kaum Muslim harus bersatu

Saat ini diantara umat Muslim telah terjadi pecah belah. Peristiwa ini bukan dikarenakan oleh Islam semata. Karena kepercayaan Islam adalah untuk menyatukan para pengikutnya.
Dalam potongan ayat suci Al-Qur’an. Surat Ali-Imran [3] ayat 103 menyatakan :
“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran [3] : 103)

Potongan ayat ini memerintahkan seluruh kaum muslim untuk bersatu di atas jalan Allah dan melarangnya untuk berpecah-belah. Disebutkan pula dalam ayat ini, bahwa persatuan yang diperintahkan adalah persatuan di atas Kitab dan Sunnah atau di atas tali Allah. Barang siapa yang melepaskan diri atau mengambil jalan lain selain jalan Allah, maka dialah yang memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin dan berarti dia-lah yang telah menyebabkan terjadinya perpecahan.

Dan dalam Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisaa [4] ayat 59 menyebutkan :

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa [4] : 59).

Pada ayat tersebut, Allah telah menyeru kepada orang-orang yang beriman untuk menta’ati Allah, menta’ati Rasul dan Ulil Amri (penguasa/pemimpin atau pemegang amanat) di antara mereka sebagai bentuk keimanan kepada Allah dan Hari Akhir berrupa pelaksanaan hukum dan amanat di antara manusia. Keta’atan kepada Allah, Rasul dan ulil Amri serta mengembalikan setiap perselisihan kepada Allah dan Rasul-Nya di dalam ayat ini dinyatakan sebagai persyaratan keimanan kepada Allah dan hari akhir “… yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Adanya larangan untuk membuat sekte dan pembagian dalam Islam

Kitab suci Al-Qur’an menyatakan bahwa :

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka terpecah menjadi beberapa sekte (golongan), tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanya terserah kepada Allah: kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-An’aam [6] : 159).

Di dalam potongan ayat tersebut, Allah SWT berfirman bahwa seseorang harus memisahkan diri dari mereka yang telah memecah belah agama dan membagi –baginya ke dalam sekte-sekte (golongan-golongan). Akan tetapi, disaat ada orang yang bertanya kepada seorang Muslim, “Siapa Anda?”, jawaban yang biasa adalah “Saya adalah seorang Sunni”, atau “Saya adalah seorang Syiah”. Beberapa  orang menyebut diri mereka sendiri sebagai Hanafi, atau Syafi’i, atau Maliki, atau Hambali. Beberapa orang pula menjawab, “Saya seorang Deobandi”, dan yang lainnya menjawab, “Saya seorang Barelvi”.

Nabi Kita adalah seorang Muslim

Ketika ada seseorang yang bertanya pada kaum Muslim, “Siapakah Nabi Muhammad SAW? Apakah beliau seorang Hanafi atau Syafi’i, atau Hambali atau Maliki?” Tidak! Beliau adalah seorang Muslim, seperti semua Nabi dan Rasul Allah sebelum ia. Hal ini disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran : 53, bahwa Nabi Isa / Yesus Alaihi Salam adalah seorang Muslim. Lebih lanjut, dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran : 7, dikatakan bahwasanya Ibrahim Alaihi Salam juga bukan seorang Yahudi atau Nasrani, melainkan seorang Muslim.

Qur'an bersabda untuk memanggil dirimu sendiri Muslim

Apabila seseorang bertanya kepada kaum Muslim perihal “Siapakah dirimu?”, maka dia (kaum Muslim) harus menjawab “Saya adalah seorang Muslim, Saya bukan seorang Hanafi atau Syafi’i”. Dalam Al-Qur’an, Surat Fussilat [41] ayat 33 menyebutkan :
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri dalam Islam (Muslim)?” (QS. Fussilat [41] : 33).

Kitab potongan ayat Al-Qur’an di atas, disebutkan :
“… Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri dalam Islam”.
Dengan kata lain : Katakanlah! “Aku adalah seorang Muslim”.

Nabi SAW mendiktekan surat untuk Seluruh Raja Non-Muslim dan para penguasa lalu mengajak mereka untuk masuk ke dalam Islam. Di dalam surat tersebut, beliau menyebutkan sebuah potongan ayat dalam Al-Qur’an, yaitu Al-Qur’an Surat Ali-Imran [3] ayat ke 64 :
“Katakanlah! : “Saksikanlah, bahwa kami adalah Muslim (orang-orang yang tunduk/berserah diri kepada kehendak Allah.” (QS. Ali-Imran [3] : 64).

Menghormati semua Ulama Besar Islam

Kita patut menghormati seluruh Ulama besar Islam yang termasuk di dalamnya empat Imam: Imam Abu Hanifa, Imam Syafi’i, Imam Hambali dan Imam Maliki (semoga rahmat Allah menyertai mereka). Mereka merupakan Ulama-ulama besar dan semoga Allah membalas segala kerja keras dan penelitian mereka. Tidak apa-apa jika setuju terhadap pandangan-pandangan dan riset yang dilakukan oleh Imam Abu Hanifa atau Imam Syafi’i, dan yang lainnya. Tetapi, jika kita dihadapkan pada pertanyaan “Siapakah Anda?”, jawaban yang semestinya hanyalah “Saya adalah seorang Muslim”. Beberapa pendapat mengacu hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Sunan Abu Dawud No. 4579. Dalam habits tersebut, diriwayatkan Nabi SAW bersabda, “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan”. Hadits tersebut meriwayatkan bahwa Nabi telah memprediksi tentang terpecahnya umat Nabi SAW menjadi 73 golongan. Rasulullah sama sekali tidak pernah menyebutkan bahwa kaum Muslim harus membagi diri mereka menjadi 73 golongan. Al-Qur’an menyuruh kita untuk tidak membuat golongan atau sekte. Mereka yang mengikuti ajaran Al-Qur’an dan Hadits yang shahih dan tidak membagi diri ke dalam golongan atau sekte adalah orang-orang yang berada di jalan yang benar.

Menurut Hadits Riwayat Tirmidzi no.171, Nabi SAW bersabda: “Umatku akan terbagi menjadi 73 golongan, dan kesemuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan”. Lalu salah satu shahabat bertanya pada Rasulullah, “Golongan manakah itu?” Rasulullah pun menjawab: “Itu adalah golongan di mana aku dan pengikutku besertanya”. Al-Qur’an yang mulia menyebutkan dalam beberapa ayat, “Patuhi Allah dan patuhi Rasul-Nya”. Seorang Muslim yang benar, seharusnya hanya mengikuti Al-Qur’an yang mulia dan Hadits yang Shahih. Siapapun boleh sepakat dengan pandangan-pandangan Ulama selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits yang shahih. Jika ada pandangan-pandangan yang bertentangan dengan firman Allah atau sunnah Nabi, maka pandangan tersebut jangan diikuti, meskipun pandangan tersebut adalah pandangan Ulama yang terpelajar. Seandainya semua Muslim membaca Al-Qur’an dengan penuh pemahaman dan mengikuti Hadits shahih, Insya Allah, sebagian besar perbedaan bisa diselesaikan dan kita bisa bersatu sebagai Ummat Muslim.

Sekian dan salam damai,

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh~


Share:

Muslim yang Tidak "Ter-Islamisasi-kan"



Perbedaan Yang Sangat Besar Antara Islam Dan Perbuatan Muslim Dalam Kehidupan Nyata


Pertanyaan:

Jika Islam adalah agama yang terbaik, mengapa banyak umat Islam yang tidak jujur, tidak dapat dipercayai, dan terlibat dalam kasus penipuan, suap, dan hal yang berkaitan dengan obat-obat terlarang dan sebagainya?


Salam damai,
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh~


Jawaban:

Mari mengulas :

Fitnah media terhadap Islam

Islam adalah agama yang terbaik dan tanpa keraguan di dalamnya. Namun media berada dalam kekuasaan barat yang takut kepada Islam. Media secara berkelanjutan telah menyiarkan dan mencetak informasi yang menentang Islam. Mereka memberikan informasi yang keliru tentang Islam, keliru mengutip Islam atau membuat proyek dengan porsi yang berlebihan. Jika ada ledakan bom terjadi di manapun, yang pertama kali dituduh tanpa adanya bukti adalah selalu orang Muslim. Berita tersebut pasti menjadi berita utama di surat kabar. Ketika di kemudian hari telah terlacak bahwa orang yang bertanggung jawab terhadap ledakan bom itu adalah orang non -Muslim, berita itu tidak lagi signifikan.

Jika seorang Muslim berusia 50 tahun menikahi seorang gadis berusia 15 tahun, meski telah mendapat persetujuan gadis itu, berita itu akan dipampang di halaman depan, tapi jika seorang non-Muslim memperkosa seorang gadis berumur 6 tahun, maka berita mengenai hal tersebut hanya muncul sepintas di halaman kecil dalam surat kabar. Setiap hari, kekitar 2.713 kasus pemerkosaan terjadi, namun pemberitaan itu tidak muncul dalam pemberitaan. Karena hal tersebut sudah menjadi hal yang wajar bagi warga Amerika.

Adanya oknum di setiap komunitas

Saya sadari bahwa ada beberapa umat Muslim yang tidak jujur, tidak dapat dipercayai, menipu dan sebagainya. Tetapi, media menunjukkan seolah hanya umat Muslim yang berlaku seperti itu. Padahal dalam setiap komunitas, ada oknum-oknum tertentu. Namun sangat disayangkan karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

Janganlah menilai sebuah mobil dari pengendaranya

Jika Anda ingin menilai seberapa bagus model Mercedes yang terbaru dan kemudian seseorang yang belum tahu bagaimana cara mengendarai mobil, duduk di kursi pengemudi dan membenturkan mobil tersebut, siapa yang akan disalahkan? Mobilnya atau si pengendara? Otomatis, tentu yang disalahkan adalah si pengendara. Untuk menganalisis seberapa bagus sebuah mobil, seseorang seharusnya tidak melihat siapa pengendaranya tapi lihatlah kelebihan dan fitur-fitur dari mobil tersebut. Seberapa cepat mobil itu melaju, berapa rata-rata jumlah bahan bakar yang dihabiskannya, bagaimana ukuran keamanannya dan sebagainya. Walaupun saya sepakat, bahwa ada beberapa oknum Muslim yang berperilaku tidak terpuji, namun kita tidak bisa menilai Islam hanya dari para pengikutnya. Jika kita ingin menilai seberapa bagus Islam, maka penilaian sebaiknya berdasarkan sumber autentiknya, yaitu kitab suci Al-Qur’an dan Hadits yang shahih.

Menilai Islam melalui penganut terbaiknya, yaitu nabi Muhammad SAW

Jika Anda ingin mengecek seberapa bagus sebuah mobil, maka lihatlah dari pengendara yang mahir di balik kursi pengemudi. Dalam Islam, penganut yang paling bagus dan yang menjadi contoh dari penganut Islam lainnya adalah Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang terakhir dan merupakan Nabi akhir zaman. Dari beliau kita bisa mengecek seberapa bagus Islam itu. Selain umat Muslim, ada beberapa sejarahwan yang secara jujur menyatakan, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia terbaik. Dia adalah Michael H. Hart, penulis buku Seratus orang paling berpengaruh di dunia, posisi teratas adalah Nabi Muhammad SAW. Dalam buku tersebut juga diceritakan mengenai beberapa tokoh non-Muslim yang memberi penghormatan dan penghargaan besar kepada Nabi Muhammad, seperti Thomas Carlyle, La Martine dan lain-lain.

Sekian dan salam damai,

Assalamu’alaykum Warahmatullah~
Share:

Kunjungi kami

Kunjungi kami
Klik untuk masuk ke G+ Kami

Siapa Kami dan siapa Anda?

Anda dan Kami, serumpun. Mengalir dalam darah kita, garis keturunan Adam dan Hawa. Nafas pun, kita peroleh dari Sang Khaliq. Tidak ada manusia yang berdiri sendiri. Sari pati tanah adalah asal mula penciptaan kita. Serumpun dalam rukun. Membangun kata "Damai" agar bukan hanya sebagai slogan Dunia. Salam Damai, dari ummat yang ingin berdamai. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ Asyhaduallaa Ilaaha-Illallaah - Wa-Asyhadu Anna Muhammada-rrasuulullah. Allahu Akbar!

Translate this/Terjemahkan

Klik untuk mencari artikel kami