Karena suatu saat "Damai" bukan hanya slogan Dunia.

Selasa, 26 Juli 2016

Siapakah Tuhan?



Siapakah Tuhan?

Bismillahirrahmaanirrahim. 


Salam damai ummat beriman,
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh~


pertanyaan  :  
Apakah Tuhan bisa menciptakan batu yang dimana Tuhan sendiri tidak bisa mengangkatnya?*



Mari kita diulas :

Bila kita melihat dari kacamata Ilmu : Logika, manthiq dan tauhid. Mari kita definisikan secara singkat :

1. Logika = Akal sehat.
2. Manthiq = Untuk mengambil/menarik kesimpulan
3. Tauhid = Tentang ke-esaan Allah
Right?

Kalau ditinjau dari sudut pandang ilmu tauhid saja, pertanyaannya sudah salah. Mengapa demikian? Seorang yang beriman pasti tahu bahwa Allah Maha Kuasa, tapi dikalimat tanya itu mengapa ada kata tidak mampu? Itu kesalahan pertama.

Kesalahan kedua adalah, ditinjau dari ilmu logika, logika pertanyaan ini salah. Karena kata mampukah/sanggupkah Tuhan itu kalimat positif (karna tidak ada kata ‘tidak’), setelah itu sangat jelas terdapat kalimat : “Menciptakan batu besar yg Tuhan sendiri TIDAK mampu” jelas ada kata TIDAK. Kata tidak, termasuk ke dalam kata yang mendukung terbentuknya kalimat negatif. Dalam ilmu Bahasa Indonesia, syarat kalimat utuh yakni kalimat positif dan negatif tidak boleh digabung.

Contoh : Prilly seorang Mahasiswa yang bisa masak kue. Semua jenis kue bisa ia buat. Lalu semisal, Aliando bertanya: “Apakah Prilly bisa membuat kue yang Prilly sendiri tidak mungkin bisa memasaknya?ß Kalimat tersebut merupakan kalimat yang kontradiktif.

Remember guys! Sifat yang ada pada Allah itu ada 20 : Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhalafatu Lilhawadits, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyat, Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama, Basar, Kalam, Qodiron, Muridan, dst. Padahal, orang yang berlogika dan bertauhid baik sudah tentu memandang bahwa sifat wajib bagi Allah sudah cukup menjawab pertanyaan semacam ‘itu’.

Nah, sifat-sifat Allah itu masuk ke jawaban dari segi Ilmu Tauhid. Jadi pertanyaan yang bertentangan otomatis salah, karna ilmu tauhid adalah ilmu tentang ke-Esaan Allah. Right?

Saudara yang beriman, harap jauhi pertanyaan-pertanyaan yang akan dikupas selanjutnya. Mari meninjau dalilnya :
“Barangsiapa meninggalkan 4 kalimat ini (tidak mempertanyakannya) maka sempurnalah keimanannya, yaitu di mana, bagaimana, kapan dan berapa.”

1.     Jika ada yang bertanya : “Di mana Allah?”
Jawablah : “Dia Ada tanpa tempat dan tidak terikat oleh waktu.” (Bisa terjawab dengan sifat yang ada pada Allah : Qiyamuhu Binafsihi (tidak terikat pada suatu tempat dan tidak terikat oleh waktu).

2.     Jika ada yang bertanya : “Bagaimana (rupa/bentuk) Allah?”
Jawablah : “Dia tidak menyerupai suatu apapun dari makhluk-Nya.” (Bisa terjawab dengan sifat yang ada pada Allah : Mukhalafatu lilhawaditsi (Berbeda dengan makhluk-Nya))

3.     Jika ada yang bertanya : “Kapan Allah Ada?”
Jawablah : “Dia Allah al-Awwal Ada tanpa permulaan, dan Dia al-Akhir Ada tanpa penghabisan.” (Terjawab dengan sifat Baqa’ (Kekal), dalilnya : Khuwal awwaluwal Akhiir)

4.     Jika ada yang bertanya : “Berapa (jumlah) Allah?”
Jawablah : “Dia Allah Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya. Dia Maha Esa bukan dari segi hitungan yang berarti sedikit, akan tetapi dari segi bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada yang menyerupai-Nya.” (Wujud dan Wahdaniyah - Dalilnya = “Katakanlah (Muhammad. ‘Dia-lah Allah yang Maha Esa’ (1), Allah Tempat meminta segala sesuatu (2), (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (3), Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia (4).” (QS. Al-Ikhlas : 1-4).

Mari kita tarik dari ilmu manthiq-nya. Kesimpulan jawaban pertanyaan “Apakah Tuhan bisa menciptakan batu yang dimana Tuhan sendiri tidak bisa mengangkatnya?”, adalah = TIDAK.



*Pertanyaan Kedua : Kalau begitu, siapa Allah?*

Mari mengulas lagi :

Jawaban dari pertanyaan tersebut masuk ke dalam ketauhidan/ilmu Tauhid tentang Ma'rifatullah (Mengenal Allah)

Analogikan = Meja

Mengapa bisa ada meja?

Jawaban :

1.     Meja diciptakan oleh Manusia
2.     Manusia diciptakan oleh siapa? Karena pasti tidak mungkin tiba-tiba jadi-lah manusia. Hal yang masuk akal adalah manusia, melahirkan manusia. Bukan manusia menciptkan manusia. Right?
3.     Ketika manusia lahir/tercipta : Manusia bisa menciptakan sesuatu yakni meja tadi.
4.     Tetapi, ketika meja sudah beres. Apakah meja bisa membuat meja? Atau melahirkan meja? Kawin dengan meja lalu melahirkan meja? Jawaban pastinya : TENTU TIDAK.

Pertanyaan seperti itu, fitrah. Jawaban yang diharapkan tentu ingin memuaskan akal dan menentramkan jiwa.

5.     Mari kita tanya diri kita sendiri. Dari mana saya berasal? Kalau pertanyaannya “siapa yang melahirkan saya?” Jawaban pastinya = Ibu. (Right?)
6.     Meja berasal dari Kayu. Dari mana kayu berasal?

Mari kita tinjau point ke 5 dan 6. Kedua poin tersebut sama-sama menanyakan “Dari mana (blah blah blah) Berasal?”

Jawabannya = Pasti ada pencipta. Termasuk semut, nyamuk dsb. Namun, jika Kita normal, maka jawaban yang pasti yakni : Saya diciptakan Tuhan.

Pertanyaan baru dari teman saya = “Siapa Allah?” ini sama dengan “Siapa Tuhan?”, karena non-Muslim pun pasti tahu bahwa Allah = Tuhan-nya orang Muslim. Tuhan kita. Definisinya yakni, Tuhan adalah : Dzat yang disembah/diimani sebagian kepercayaan (sebagian, it means masih ada manusia yang tidak percaya akan adanya Tuhan).

Siapa tuhan kita ? = Allah SWT. Dari mana ia berasal? Dalil yang kuat =  QS. Al-Ikhlas : 1-4 = “Katakanlah (Muhammad. ‘Dia-lah Allah yang Maha Esa’ (1), Allah Tempat meminta segala sesuatu (2), (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (3), Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia (4).”

Kesimpulan dari point 1 - 6, kita tarik manthiqnya :

1.     Pencipta itu diluar ciptaan (Hakhluuqun) : Manusia menciptakan meja, tapi meja tidak sama dan bukan manusia. Tuhan menciptakan manusia, tapi manusia bukan tuhan. Right?
2.     Ciptaan tidak mungkin jadi pencipta : Meja diciptakan manusia, meja tidak bisa menciptkan meja. Manusia diciptakan Tuhan, tapi manusia tidak bisa menciptakan manusia (Manusia hanya melahirkan manusia). Sementara Tuhan menciptakan manusia adalah Benar. Dalilnya :
·         Dan tidakkah Manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata.” (QS. Yaasiin : 77)
·         Sungguh, Kami telah menciptakan Manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat.”, (QS. Al-Insaan : 2)
·         Dan sungguh Kami telah menciptakan Manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk (26), Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas (27), Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat, ‘Sungguh Aku akan menciptakan seorang Manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk’ (28), Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan ruh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (29),  Maka bersujudlah para Malaikat itu bersama-sama (30), Kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama bersama para (Malaikat) yang sujud itu (31).”  (QS. Al-Hijr : 26-31)
·         Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpak daging itu Kami jadikan tulang berulang, lalu tulang berulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah Pencipta yang Paling baik.” ( QS. Al-Mu’minuun : 14).

Pembahasan di atas merupakan ilmu tentang Ketauhidan = Ma'rifatunnas (mengenal manusia), Ma'rifatulislam (mengenal islam), Ma'rifatullah (mengenal Allah). Tiga Konsep Aqidah yang mendasar tapi sangat penting dan berkaitan. Siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal tuhannya. Ketia ia mengenal Tuhan, dia tau agama apa yang harus ia peluk. Sederhana dan terimakasih. Mohon maaf bila ada kesalahan dari penulis. Sekian dan salam damai.

Wassalamualaykum. Wr. Wb.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kunjungi kami

Kunjungi kami
Klik untuk masuk ke G+ Kami

Siapa Kami dan siapa Anda?

Anda dan Kami, serumpun. Mengalir dalam darah kita, garis keturunan Adam dan Hawa. Nafas pun, kita peroleh dari Sang Khaliq. Tidak ada manusia yang berdiri sendiri. Sari pati tanah adalah asal mula penciptaan kita. Serumpun dalam rukun. Membangun kata "Damai" agar bukan hanya sebagai slogan Dunia. Salam Damai, dari ummat yang ingin berdamai. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ Asyhaduallaa Ilaaha-Illallaah - Wa-Asyhadu Anna Muhammada-rrasuulullah. Allahu Akbar!

Translate this/Terjemahkan

Klik untuk mencari artikel kami