Karena suatu saat "Damai" bukan hanya slogan Dunia.

Minggu, 31 Juli 2016

Aliran Muslim Mana-kah Saya?



Mengapa Orang Muslim Terbagi Menjadi Berbagai Aliran / Ajaran Dengan Pemikiran Yang Berbeda?

Pertanyaan:

“Seluruh umat muslim mengikuti satu kitab suci Al-Qur’an (yang sama), namun mengapa ada beberapa aliran dan ajaran pemikiran yang berbeda di antara mereka?”

Salam damai,
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh~

Jawaban :

Mari mengulas :

Kaum Muslim harus bersatu

Saat ini diantara umat Muslim telah terjadi pecah belah. Peristiwa ini bukan dikarenakan oleh Islam semata. Karena kepercayaan Islam adalah untuk menyatukan para pengikutnya.
Dalam potongan ayat suci Al-Qur’an. Surat Ali-Imran [3] ayat 103 menyatakan :
“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran [3] : 103)

Potongan ayat ini memerintahkan seluruh kaum muslim untuk bersatu di atas jalan Allah dan melarangnya untuk berpecah-belah. Disebutkan pula dalam ayat ini, bahwa persatuan yang diperintahkan adalah persatuan di atas Kitab dan Sunnah atau di atas tali Allah. Barang siapa yang melepaskan diri atau mengambil jalan lain selain jalan Allah, maka dialah yang memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin dan berarti dia-lah yang telah menyebabkan terjadinya perpecahan.

Dan dalam Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisaa [4] ayat 59 menyebutkan :

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa [4] : 59).

Pada ayat tersebut, Allah telah menyeru kepada orang-orang yang beriman untuk menta’ati Allah, menta’ati Rasul dan Ulil Amri (penguasa/pemimpin atau pemegang amanat) di antara mereka sebagai bentuk keimanan kepada Allah dan Hari Akhir berrupa pelaksanaan hukum dan amanat di antara manusia. Keta’atan kepada Allah, Rasul dan ulil Amri serta mengembalikan setiap perselisihan kepada Allah dan Rasul-Nya di dalam ayat ini dinyatakan sebagai persyaratan keimanan kepada Allah dan hari akhir “… yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Adanya larangan untuk membuat sekte dan pembagian dalam Islam

Kitab suci Al-Qur’an menyatakan bahwa :

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka terpecah menjadi beberapa sekte (golongan), tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanya terserah kepada Allah: kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-An’aam [6] : 159).

Di dalam potongan ayat tersebut, Allah SWT berfirman bahwa seseorang harus memisahkan diri dari mereka yang telah memecah belah agama dan membagi –baginya ke dalam sekte-sekte (golongan-golongan). Akan tetapi, disaat ada orang yang bertanya kepada seorang Muslim, “Siapa Anda?”, jawaban yang biasa adalah “Saya adalah seorang Sunni”, atau “Saya adalah seorang Syiah”. Beberapa  orang menyebut diri mereka sendiri sebagai Hanafi, atau Syafi’i, atau Maliki, atau Hambali. Beberapa orang pula menjawab, “Saya seorang Deobandi”, dan yang lainnya menjawab, “Saya seorang Barelvi”.

Nabi Kita adalah seorang Muslim

Ketika ada seseorang yang bertanya pada kaum Muslim, “Siapakah Nabi Muhammad SAW? Apakah beliau seorang Hanafi atau Syafi’i, atau Hambali atau Maliki?” Tidak! Beliau adalah seorang Muslim, seperti semua Nabi dan Rasul Allah sebelum ia. Hal ini disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran : 53, bahwa Nabi Isa / Yesus Alaihi Salam adalah seorang Muslim. Lebih lanjut, dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran : 7, dikatakan bahwasanya Ibrahim Alaihi Salam juga bukan seorang Yahudi atau Nasrani, melainkan seorang Muslim.

Qur'an bersabda untuk memanggil dirimu sendiri Muslim

Apabila seseorang bertanya kepada kaum Muslim perihal “Siapakah dirimu?”, maka dia (kaum Muslim) harus menjawab “Saya adalah seorang Muslim, Saya bukan seorang Hanafi atau Syafi’i”. Dalam Al-Qur’an, Surat Fussilat [41] ayat 33 menyebutkan :
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri dalam Islam (Muslim)?” (QS. Fussilat [41] : 33).

Kitab potongan ayat Al-Qur’an di atas, disebutkan :
“… Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri dalam Islam”.
Dengan kata lain : Katakanlah! “Aku adalah seorang Muslim”.

Nabi SAW mendiktekan surat untuk Seluruh Raja Non-Muslim dan para penguasa lalu mengajak mereka untuk masuk ke dalam Islam. Di dalam surat tersebut, beliau menyebutkan sebuah potongan ayat dalam Al-Qur’an, yaitu Al-Qur’an Surat Ali-Imran [3] ayat ke 64 :
“Katakanlah! : “Saksikanlah, bahwa kami adalah Muslim (orang-orang yang tunduk/berserah diri kepada kehendak Allah.” (QS. Ali-Imran [3] : 64).

Menghormati semua Ulama Besar Islam

Kita patut menghormati seluruh Ulama besar Islam yang termasuk di dalamnya empat Imam: Imam Abu Hanifa, Imam Syafi’i, Imam Hambali dan Imam Maliki (semoga rahmat Allah menyertai mereka). Mereka merupakan Ulama-ulama besar dan semoga Allah membalas segala kerja keras dan penelitian mereka. Tidak apa-apa jika setuju terhadap pandangan-pandangan dan riset yang dilakukan oleh Imam Abu Hanifa atau Imam Syafi’i, dan yang lainnya. Tetapi, jika kita dihadapkan pada pertanyaan “Siapakah Anda?”, jawaban yang semestinya hanyalah “Saya adalah seorang Muslim”. Beberapa pendapat mengacu hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Sunan Abu Dawud No. 4579. Dalam habits tersebut, diriwayatkan Nabi SAW bersabda, “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan”. Hadits tersebut meriwayatkan bahwa Nabi telah memprediksi tentang terpecahnya umat Nabi SAW menjadi 73 golongan. Rasulullah sama sekali tidak pernah menyebutkan bahwa kaum Muslim harus membagi diri mereka menjadi 73 golongan. Al-Qur’an menyuruh kita untuk tidak membuat golongan atau sekte. Mereka yang mengikuti ajaran Al-Qur’an dan Hadits yang shahih dan tidak membagi diri ke dalam golongan atau sekte adalah orang-orang yang berada di jalan yang benar.

Menurut Hadits Riwayat Tirmidzi no.171, Nabi SAW bersabda: “Umatku akan terbagi menjadi 73 golongan, dan kesemuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan”. Lalu salah satu shahabat bertanya pada Rasulullah, “Golongan manakah itu?” Rasulullah pun menjawab: “Itu adalah golongan di mana aku dan pengikutku besertanya”. Al-Qur’an yang mulia menyebutkan dalam beberapa ayat, “Patuhi Allah dan patuhi Rasul-Nya”. Seorang Muslim yang benar, seharusnya hanya mengikuti Al-Qur’an yang mulia dan Hadits yang Shahih. Siapapun boleh sepakat dengan pandangan-pandangan Ulama selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits yang shahih. Jika ada pandangan-pandangan yang bertentangan dengan firman Allah atau sunnah Nabi, maka pandangan tersebut jangan diikuti, meskipun pandangan tersebut adalah pandangan Ulama yang terpelajar. Seandainya semua Muslim membaca Al-Qur’an dengan penuh pemahaman dan mengikuti Hadits shahih, Insya Allah, sebagian besar perbedaan bisa diselesaikan dan kita bisa bersatu sebagai Ummat Muslim.

Sekian dan salam damai,

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh~


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kunjungi kami

Kunjungi kami
Klik untuk masuk ke G+ Kami

Siapa Kami dan siapa Anda?

Anda dan Kami, serumpun. Mengalir dalam darah kita, garis keturunan Adam dan Hawa. Nafas pun, kita peroleh dari Sang Khaliq. Tidak ada manusia yang berdiri sendiri. Sari pati tanah adalah asal mula penciptaan kita. Serumpun dalam rukun. Membangun kata "Damai" agar bukan hanya sebagai slogan Dunia. Salam Damai, dari ummat yang ingin berdamai. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ Asyhaduallaa Ilaaha-Illallaah - Wa-Asyhadu Anna Muhammada-rrasuulullah. Allahu Akbar!

Translate this/Terjemahkan

Klik untuk mencari artikel kami