Manusia Bisa
Mengubah Takdir
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaykum. Wr. Wb.
Takdir adalah ketentuan Allah. Dan ketentuan itu tidak
akan mengalami perubahan ataupun kalaupun berubah, maka manusia “ditakdirkan” untuk
tidak mampu mengamati perubahan dari takdir itu sendiri. Allah berfirman dalam
QS 48. Al Fath 23 : “Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu,
kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.”
Firman ini menegaskan bahwa kita tidak akan dapat
menemukan perubahan (melalui pengamatan) bahwa takdir mengalami perubahan. Jadi
apa saja yang kita akan jalani dalam kehidupan, termasuk mimpi-mimpi sekalipun
berada dalam arena yang telah ditetapkan. Kemanapun kita melakukan pilihan
melangkah, termasuk menghindari terantuk dari batu, atau memilih makanan pedas
atau asin, semua adalah pilihan dari takdir. Jadi kemanapun kita
berjalan, kita akan memenuhi takdir kita.
Pertanyaannya :
Jadi, bisakah manusia mengubah takdir?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita
menangkap dua pengertian terhadap takdir dalam masyarakat :
1.
Takdir sebagai
suatu ketentuan yang tidak mengalami perubahan dan telah berlaku sejak dahulu,
seperti disampaikan ayat di atas. Dalam pemahaman ini, tentunya bekerja
aksi-reaksi, hukum2 alam atau hukum fisika yang diberlakukan sejak penciptaan
pertama terhadap hukum-hukum alam semesta.
2. Takdir sebagai prosesi kejadian yang terjadi pada
manusia. Ketika manusia berada pada posisi beruntung, entah mendapat
jodoh atau diterima untuk bekerja, maka yang bersangkutan mencapai suatu posisi
dr pilihan takdirnya.
Kembali ke
pertanyaan awal : Dapatkah manusia mengubah takdir?
Pernyataan atas pernyataan itu, bukankah kita “tidak
akan” mampu melihat perubahan takdir. Tapi, jelas pula bahwa Allah juga tidak
menyebutkan bahwa takdir itu tidak akan berubah, takdir bisa berubah, namun
manusia tidak mampu menemukan perubahannya. Kalau begitu, bagaimana
manusia tahu bahwa telah terjadi perubahan takdir? Bisakah mengubah takdir? Banyak orang malas yang menjadikan
takdir sebagai dalih atas kemalasannya. Padahal, takdir itu bisa diubah. “Memang,
tidak semua takdir bisa diubah”. Misalnya, jika kita ditakdirkan sebagai
seorang wanita, tidak bisa diubah menjadi seorang pria dan sebaliknya (
walaupun ada yang merubah dari laki-laki jadi perempuan ini bukan merubah takdir tapi mendustai takdir).
Lalu
bagaimana cara kita mengubah takdir?
Cara yang benar dan tepat, tentu saja harus bersumber
dari Sang Pembuat takdir yang tiada lain Allah SWT melalui Al-Quran dan
Hadits Nabi SAW. Mari simak hadits berikut :
Hadits dari Imam Tirmidzi dan Hakim, diriwayatkan dari
Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW Bersabda : “Barangsiapa hatinya
terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak
ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang
meminta keselamatan. Sesungguhnya do'a bermanfa'at bagi sesuatu yang sedang
terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali
do'a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do'a”. (HR Tirmidzi dan
Hakim)
Cara Mengubah
Takdir
Ubahlah takdir dengan berdo'a. Dalilnya ialah
hadits diatas. Selain berdo’a, cara yang InsyaAllah mujarab antara lain :
1.
Bersedekah. Rasulullah
SAW pernah bersabda : “Silaturrahmi dapat memperpanjang umur dan sedekah dapat
merubah takdir yang mubram.” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, Imam
Ahmad).
2. Bertasbih. Ada hadits yang diriwayatkan dari
Sa'ad Ibnu Abi Waqosh, Rasulullah bersabda : “Maukah kalian Aku beritahu
sesuatu do'a, yang jika kalian memanfaatkan itu ketika ditimpa kesedihan atau
bencana, maka Allah akan menghilangkan kesedihan itu? Para sahabat menjawab :
“Ya, wahai Rasululullah”, Kemudian Rasul bersabda “Yaitu do’a “Dzun-Nun
: “LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADH-DHOLIMIN” ( “Tidak
ada Tuhan selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara
orang-orang yang dholim” ). (HR. Imam Ahmad, At-TirmIdzi dan Al-Hakim).
3. Bershalawat. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Ubay Ibnu Ka'ab, bahwa ada seorang laki-laki telah mendedikasikan semua pahala
shalawatnya untuk Rasulullah SAW, maka Rasul berkata kepada orang tersebut
: “Jika begitu lenyaplah kesedihanmu, dan dosamu akan diampuni.” (H.R
Imam Ahmad At-Tabroni)
“Tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali do’a.”
Dalam sebuah hadits Nabi SAW. menjelaskan
bahwa takdir yang Allah SWT telah tentukan bisa berubah. Dan faktor yang dapat
mengubah takdir ialah do’a seseorang. Rasulullah SAW bersabda : “Tidak
ada yang dapat menolak takdir (ketentuan) Allah SWT selain do’a. Dan tidak ada yang
dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR
Tirmidzi : 2065)
MasyaAllah! Dengan do’a seseorang bisa berharap bahwa
takdir yang Allah SWT tentukan atas dirinya berubah. Dengan do’a orang yang
merasa banyak masalah atau menngeluh bisa dan akan menjadi orang yang optimis.
Ingat! Asal dia tidak berputus asa dari rahmat Allah SWT dan dia mau bersungguh-sungguh
meminta dengan do’a yang tulus, ridha kepada Allah SWT.
“Katakanlah : ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah ta’aala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu,
dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu
tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az-Zumar 53-54).
Hanya orang yang tetap berharap kepada Allah SWT saja yang
dapat bertahan menjalani kehidupan di dunia betapapun pahitnya takdir yang dia
jalani. Orang itu akan senantiasa menanamkan dalam dirinya bahwa jika ketika
dia memohon kepada Allah SWT dalam keadaan apapun, maka derita dan kesulitan
yang dia hadapi sangat mungkin berakhir dan bahkan berubah. Sebaliknya, orang
yang tdk pernah kenal Allah dengann sendirinya akan meninggalkan kebiasaan
berdo’a dan memohon kepada Allah SWT. Dia akan terjatuh pada salah satu dari
dua bentuk ekstrimitas. Pertama, dia
mungkin akan mudah berputus asa. Atau kedua,
dia akan lari kepada pihak lain untuk jadi sandarannya demi merubah keadaan.
Padahal begitu ia bersandar kepada sesuatu selain Allah (termasuk bersandar
kepada dirinya sendiri) maka pada saat itu pulalah Allah akan mengabaikan orang
itu dan membiarkannya berjalan mengikuti situasi dan kondisi yang tersedia.
Sedangkan orang tersebut dinilai sebagai seorang yang mempersekutukan Allah dengan
yang lain (Na’udzubillah..). Berarti orang tersebut telah jatuh ke dalam
kategori seorang musyrik. Na'udzubillahimindzaliik..
“Dan Tuhanmu berfirman : “Berdo’alah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS.
Al-Mu’min 60).
Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa
seorang muslim tidak boleh pernah berhenti meminta kepada-Nya, karena
sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam
siksa Allah yang pedih, Na'udzubillah... Maka Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa tidak berdo’a kepada Allah SWT, maka Allah SWT murka kepadaNya.” (HR.
Ahmad : 9342)
Barangkali di antara do’a yang baik untuk diajukan sebagai
bentuk harapan agar Allah mengubah takdir ialah sebagai berikut : “Ya Allah,
perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku.
Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah
akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah
hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku
sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (HR. Muslim : 4897)
Iman Kepada
Takdir Baik dan Buruk
Banyak orang mengenal rukun iman tanpa mengetahui
makna dan hikmah yang terkandung alam keenam rukun iman tersebut. Salah satunya
adalah iman kepada takdir. Tidak semua orang yang mengenal iman kepada takdir,
mengetahui hikmah dibalik beriman kepada takdir dan bagaimana mengimani takdir.
Berikut sedikit ulasan mengenai iman kepada takdir Allah yang baik dan yang
buruk. Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan oleh
Allah SWT dan telah dituliskan oleh al-qalam (pena) dari segala sesuatu yang
akan terjadi hingga akhir zaman. (Terj. Al Wajiiz fii ‘Aqidatis Salafish
Shalih Ahlis Sunnah wal Jama'ah, hal. 95)
Allah telah menentukan segala perkara untuk
makhluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh
hikmah-Nya. Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya dan
tidak ada sesuatupun yang keluar dari kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi
dalam kehidupan seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan kehendak
Allah, namun tidak terlepas dari kehendak dan usaha hamba-Nya.
Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al-Furqan: 2)
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah
khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (QS.
Al-Hijr: 21)
Mengimani takdir baik dan takdir buruk, merupakan
salah satu rukun iman dan prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidak akan
sempurna keimanan seseorang sehingga dia beriman kepada takdir, yaitu dia
mengikrarkan dan meyakini dengan keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatu
berlaku atas ketentuan (qadha’) dan takdir (qadar) Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia
beriman kepada qadar baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa
yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak
akan menimpanya.” (HR. Tirmidzi)
Jibril ‘alaihis salam pernah bertanya kepada Rasul
mengenai iman, maka Rasul menjawab: ‘Engkau beriman kepada Allah,
Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir serta
qadha' dan qadar, yang baik maupun yang buruk.’”
(HR. Muslim)
Rasul bersabda : “Segala sesuatu telah ditakdirkan,
sampai-sampai kelemahan dan kepintaran.”
(Shahih, riwayat Muslim)
Mari kita resapi sabda Nabi kita, Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Berusahalah untuk mendapatkan apa
yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan Allah dan janganlah sampai
kamu lemah (semangat). Jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau berkata ‘seandainya
aku melakukan ini dan itu, niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi
katakanlah ‘Qodarullah wa maa-syaa-a fa’ala (Allah telah mentakdirkan segalanya
dan apa yang dikehendaki-Nya pasti dilakukan-Nya).’ Karena sesungguhnya (kata)
‘seandainya’ itu akan mengawali perbuatan syetan.” (HR. Muslim)
Tidak ada seorang pun yang dapat bertindak untuk
merubah apa yang telah Allah tetapkan untuknya. Maka tidak ada seorang pun juga
yang dpat mengurangi sesuatu dari ketentuan-Nya, juga tidak bisa menambahnya,
untuk selamanya. Ini adalah perkara yang tlah ditetapkan-Nya dan telah selesai penentuannya.
Pena telah terangkat dan lembaran telah kering. Berdalih dengan takdir
diperbolehkan ketika mendapati musibah dan cobaan, ya tapi jugan sekali-kali
berdalih dengan takdir dalam hal perbuatan dosa dan kesalahan. Setiap manusia
tidak boleh memasrahkan diri kepada takdir tanpa melakukan usaha apa pun,
karena hal ini akan menyelisihi sunnatullah. Oleh karena itu berusahalah
semampunya, kemudian bertawakkallah. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :
“Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfaal: 61).
“Barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupi (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3).
Sabar adalah perisai seorang mukmin yang dia
bersaudara kandung dengan kemenangan. Ingatlah bahwa musibah atau cobaan yng
menimpa kita hanyalah musibah kecil, karena musibah dan cobaan terbesar adalah
wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam
sabdanya, “Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah, maka ingatlah
musibah yang menimpaku, sungguh ia merupakan musibah yang paling besar.”
(Shahih li ghairih, riwayat Ibnu Sa'ad dalam
Ath-Thabaqat (II/375), Ad-Darimi (I/40).)
Ingat saudara-saudariku, berdo’a, dzikir, sedekah,
shalawat. Dan tawakal akan ketetapan-Nya. Setelah itu, akang teteh rasakan dan
tafakuri setiap jalan yang Allah beri itu, ada “sense of magic”, “sentuhan
magic”, dan semacamnya. Ingat, Allah itu kekal, maka begitu pula dengan keajaiban-Nya.
Percayalah. Mari saling mengingatkan sebagai seorang Mukmin. Hanya itu yang
bias penulis sampaikan, mohon maaf apa bila ada kesalahan. Ana wa uhibbukum fillah,
yaa muslimin, muslimat, mu’minin, wal mu’minat. Sekian dan salam damai.
Wassalamu’alaykum. Wr. Wb.
-LM-
0 komentar:
Posting Komentar